Layaknya proyek mobil Timor yang menggunakan basis dari mobil Kia, motor Timori disebut-sebut menggunakan platform dari salah satu pabrikan Korea Selatan yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasar Indonesia.
Namun, Timori Roadster 200 tidak berhenti di tahap desain dan prototipe saja.
TPN sempat menggembar-gemborkan bahwa produksi lokal akan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan CKD (Completely Knocked Down) dan kemudian dilanjutkan dengan lokalisasi komponen untuk mencapai target industri motor nasional 100% lokal.
Bahkan, sempat pula dikabarkan bahwa pabrik perakitan motor Timori akan dibangun di kawasan industri Cikarang dan Karawang, mengikuti jejak pabrik mobil Timor yang saat itu juga sedang giat membangun infrastruktur produksi.
Ambisi yang Kandas oleh Krisis dan Politik
Sayangnya, mimpi besar motor nasional ini tak pernah benar-benar terealisasi sepenuhnya.
Tahun 1997–1998, Indonesia diterpa krisis moneter parah yang mengguncang hampir semua lini industri.
TPN sebagai induk proyek Timor—baik mobil maupun motor—ikut terdampak sangat besar.
Lebih jauh, proyek Timor juga dikaitkan erat dengan kekuasaan politik Orde Baru, mengingat PT Timor Putra Nasional adalah milik Tommy Soeharto, putra Presiden Soeharto.
Ketika rezim berganti dan reformasi bergulir, proyek-proyek yang erat dengan kroni kekuasaan pun ikut tergulung arus perubahan.
Motor Timori Roadster 200 pun akhirnya tidak sempat diproduksi massal, meskipun beberapa unit prototipe diyakini sempat dibuat dan diuji.
Motor Nasional yang Terlupakan
Berbeda dengan mobil Timor S515/S516 yang sempat mengaspal dan dijual ke masyarakat, motor Timori Roadster 200 nasibnya jauh lebih suram.
Unitnya tidak banyak, bahkan sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin tidak tahu bahwa motor ini pernah ada.
Kini, motor Timori menjadi semacam legenda yang terlupakan—bukti bahwa ambisi besar tak selalu sejalan dengan realitas ekonomi dan politik.
Namun, kehadirannya tetap layak untuk dikenang sebagai bagian dari sejarah industri otomotif nasional.