Sementara itu, Volvo Cars, brand asal Swedia yang identik dengan mobil berkelas dan teknologi keselamatan canggih, hanya mampu menjual 10 unit.
Selain mereka, Haval, merek otomotif asal Tiongkok yang mencoba masuk ke pasar SUV Tanah Air, mencatatkan 11 unit penjualan wholesale.
Brand lain seperti Subaru menjual 12 unit, Kia dari Korea Selatan sebanyak 13 unit, dan Seres – yang juga berasal dari Tiongkok – hanya 15 unit.
Penjualan Retail Juga Lesu: Konsumen Belum Tertarik?
Tidak hanya penjualan dari pabrikan ke diler yang minim, data penjualan retail (diler ke konsumen) dari brand-brand ini juga menunjukkan tren serupa.
Artinya, mobil-mobil dari merek-merek tersebut memang belum mampu menarik minat masyarakat Indonesia secara signifikan.
Contohnya, Audi tercatat hanya menjual 2 unit mobil kepada konsumen akhir pada April 2025—angka yang identik dengan penjualan wholesalenya.
Volkswagen dan Seres masing-masing mencatatkan 6 unit penjualan retail, sedangkan Volvo Cars kembali mencatat 10 unit, sesuai dengan angka wholesalenya.
Dari sini terlihat bahwa stok kendaraan yang dikirim ke diler tidak mengalami banyak perubahan hingga ke tangan konsumen.
Ini bisa jadi indikasi bahwa permintaan terhadap merek-merek tersebut memang sangat rendah.
Mengapa Mobil Merek Global Sulit Menjual di Indonesia?
Ada beberapa alasan mengapa merek-merek besar seperti Audi, VW, hingga Volvo belum mampu berbicara banyak di pasar otomotif Indonesia:
1. Harga yang Kurang Kompetitif
Merek-merek seperti Audi dan Volvo umumnya bermain di segmen premium.
Dengan harga yang cukup tinggi, mereka bersaing langsung dengan brand Jepang yang sudah mapan dan lebih dipercaya oleh konsumen lokal.
Selain itu, biaya pajak untuk mobil CBU (Completely Built-Up) juga membuat harga jualnya makin melambung.