Hiace menggunakan suspensi Double Wishbone with stabilizer di depan dan Leaf Spring Rigid Axle di belakang.
Sistem ini memang kokoh dan kuat mengangkut beban berat, tetapi cenderung memberikan kenyamanan minim, terutama di baris belakang.
Sensasi mengemudi di jalan bergelombang bisa terasa ajrut-ajrutan, terutama jika mobil dalam kondisi kosong atau hanya diisi sebagian penumpang.
3. Dashboard Sederhana, Minim Sentuhan Premium
Sebagai mobil niaga, Hiace Commuter memang tidak dirancang dengan interior mewah.
Dashboard-nya terbuat dari plastik bertekstur kasar berwarna hitam, pengaturan AC masih menggunakan knop putar, dan tuas transmisi berada di bagian tengah seperti Gran Max atau Sigra.
Secara estetika, kesan sederhana ini membuat kabin terasa seperti mobil operasional, bukan kendaraan eksklusif.
4. Velg Kaleng Kurang Menarik
Toyota Hiace Commuter masih menggunakan velg kaleng 15 inci yang dibalut ban berukuran 195.
Tampilan ini memang tidak menarik, tetapi memiliki kelebihan dari segi kekuatan dan kemudahan perawatan, terutama saat digunakan di daerah pedalaman atau medan rusak.
Jika dibandingkan secara harga, Toyota Hiace Commuter setara dengan Kijang Innova Zenix.
Namun dari segi kenyamanan dan fleksibilitas sebagai mobil pribadi, Innova jelas lebih unggul.
Oleh karena itu, di beberapa daerah seperti Sumatera Selatan dan Kalimantan, banyak travel antar kota lebih memilih Innova daripada Hiace.
Namun, jika kebutuhan utama adalah daya angkut besar dengan biaya operasional rendah, Toyota Hiace Commuter tetap menjadi pilihan utama.
Toyota Hiace Commuter berhasil mengisi ceruk pasar kendaraan travel antar kota dan minibus charteran berkat desain kabin luas, fitur cukup lengkap, dan mesin diesel tangguh.
Meski masih memiliki kekurangan seperti jok tipis, suspensi kaku, dan tampilan sederhana, Hiace Commuter tetap jadi pilihan rasional bagi operator angkutan penumpang yang mengutamakan kapasitas dan durabilitas.