KORANPALPOS.COM - Adalah tokoh pers H Dahlan Iskan yang menyebut kebenaran pada masa lalu itu ditentukan fakta, tapi kebenaran masa sekarang ditentukan framing.
Kebenaran baru yang tak berbasis fakta itu diungkapkan saat pidato dalam sebuah wisuda di Al-Zaytun, Jawa Barat, 20 Mei 2023.
Kebenaran baru itu dinilai mantan Menteri BUMN tersebut sebagai persoalan besar di era digital, karena kebenaran baru itu bukan kebenaran tapi kepalsuan yang dipersepsi sebagai kebenaran karena kepalsuan itu diulang-ulang hingga bisa dianggap benar.
Ya, era digital memang menjadi persoalan ke depan, karena teknologi digital masih menjadi kemajuan teknologi, bukan kemajuan manusia-nya.
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca BMKG 9 Februari 2025 : Hujan Mengguyur Hampir Seluruh Indonesia, Waspada Petir !
Manusia tetap merekayasa teknologi digital menjadi framing, hoaks, hack, scams, dan kepalsuan lainnya.
Sejatinya, kebenaran lama yang berbasis fakta itu patut dikampanyekan terus, terutama pada Hari Pers Nasional (HPN) 2025.
Jurnalisme berbasis fakta itu masih punya keunggulan yakni akurasi, etik, dan dokumentasi.
Kebenaran yang akurat tak bisa digantikan oleh media digital, karena framing itu sangat jauh dari benar alias palsu/bohong.
BACA JUGA:Honorer Non Database Tetap Berpeluang Jadi PPPK : Pemerintah Siapkan Skema Baru !
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca BMKG 6 Februari 2025 : Sedia Payung dan Jas Sebelum Hujan, Waspada Cuaca Ekstrem !
Selain akurasi, etik/etika pun tak terkalahkan dengan media digital yang justru mengganti etika dengan viewer dan viral.
Padahal manusia tanpa etika itu ibarat bukan manusia saja atau manusia kriminal.
Soal dokumentasi pun, kebenaran lama lebih unggul, karena kebenaran baru bisa editing dan take down, sehingga data pun hilang, sedangkan kebenaran lama yang disimpan di museum pun tidak lekang oleh waktu.