Transisi ke Cab-Over Engine (1964)
BACA JUGA:BYD Rencanakan Peluncuran Kendaraan PHEV di Indonesia : Targetkan Pangsa Pasar EV 50 Persen !
Empat tahun setelah debutnya, Daihatsu menghadirkan generasi kedua Hijet dengan perubahan desain yang signifikan.
Model ini mengadopsi tipe bodi cab-over engine, di mana mesin diletakkan di bawah kabin.
Desain tanpa bonnet ini membuat Hijet semakin praktis, terutama di jalanan sempit.
Generasi ini tetap menggunakan mesin 356 cc 2-tak, namun kini sudah dilengkapi sistem pendingin cair untuk meningkatkan efisiensi dan performa.
Konsep bodi ‘pesek’ tanpa bonnet ini terus bertahan hingga generasi-generasi berikutnya dan menjadi ciri khas Daihatsu Hijet.
Generasi Keempat dan "Daihatsu Tuyul"Pada tahun 1970, Hijet memasuki generasi keempat dengan desain yang lebih modern dan bulat.
Model ini masuk ke pasar Indonesia dalam bentuk Completely Built Up (CBU) mulai tahun 1973. Karena bentuknya yang unik dan mungil, Hijet generasi ini dikenal dengan sebutan "Daihatsu Tuyul."
Mesinnya masih mempertahankan kapasitas 356 cc 2-tak, menjadikannya kendaraan niaga kecil yang andal di zamannya.
Hijet 55 dan Dominasi di Indonesia (1977)
Di tahun 1977, Daihatsu Hijet generasi kelima diluncurkan dengan julukan Hijet 55, merujuk pada mesin 4-tak berkapasitas 547 cc.
Di Jepang, varian ini sudah tersedia dalam bentuk van pabrikan. Namun, di Indonesia, Hijet 55 hadir dalam bentuk Semi-Knock Down (SKD) dengan desain lebih kotak dan kaku, disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Kendaraan ini memiliki kapasitas angkut hingga 350 kg, menjadikannya pilihan utama sebagai angkutan umum, seperti minibus dan angkot.
Tak heran, bagi mereka yang besar sebelum era 1990-an, Hijet 55 adalah pemandangan yang akrab di jalanan.