Saat pertama kali memimpin, Indonesia berada di peringkat 173. Di akhir masa kepemimpinannya, Indonesia berada di peringkat 129.
Ini adalah pencapaian besar yang menunjukkan peningkatan kualitas tim secara keseluruhan.
Selain prestasi di lapangan, Shin Tae-yong juga memberikan kontribusi besar pada pengembangan pemain muda Indonesia.
Ia sering memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk tampil di tim utama, menciptakan regenerasi yang berkelanjutan.
Beberapa pemain seperti Marselino Ferdinan dan Pratama Arhan menjadi contoh bakat yang berkembang pesat di bawah asuhannya.
Shin juga dikenal dengan pendekatan profesionalisme tinggi, menanamkan disiplin kepada para pemain baik di dalam maupun luar lapangan.
Filosofi ini membawa dampak positif pada mentalitas dan performa tim secara keseluruhan.
Meski banyak mencatat prestasi, masa kepemimpinan Shin Tae-yong tidak luput dari kritik.
Beberapa pihak menyoroti kurangnya trofi yang diraih timnas selama masa kepemimpinannya.
Selain itu, keputusan taktis Shin di beberapa pertandingan juga sempat menjadi perdebatan.
Namun, Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, menegaskan bahwa perjalanan bersama Shin Tae-yong adalah proses pembelajaran bagi sepak bola Indonesia.
"Kita tidak hanya menilai dari trofi, tetapi juga dari perkembangan tim secara keseluruhan," ujarnya.
Berakhirnya kerja sama dengan Shin Tae-yong menandai awal baru bagi timnas Indonesia. PSSI kini tengah mencari pelatih baru yang diharapkan dapat melanjutkan fondasi yang telah dibangun oleh Shin.
Erick Thohir menyebutkan bahwa pelatih baru harus memiliki visi yang sama untuk membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026.
Dengan dukungan pemerintah, sponsor, dan penggemar, sepak bola Indonesia memiliki peluang besar untuk terus berkembang.
Seluruh pencinta sepak bola di Tanah Air tentunya berharap agar tim Garuda terus mencetak prestasi, menjadikan sepak bola sebagai kebanggaan nasional.