Di sektor perikanan, ikan kembung mengalami kenaikan harga sebesar 1,36 persen atau Rp520 menjadi Rp38.740 per kg.
Sebaliknya, ikan tongkol mencatat penurunan harga 2,36 persen atau Rp760 menjadi Rp31.400 per kg.
Ikan bandeng juga mengalami penurunan sebesar 1,54 persen atau Rp520 menjadi Rp33.170 per kg.
Fluktuasi harga pangan ini mencerminkan dinamika pasokan dan permintaan di pasar.
Kenaikan harga beberapa komoditas, seperti bawang merah dan daging sapi, dapat berdampak pada daya beli masyarakat.
Di sisi lain, penurunan harga pada sejumlah bahan pokok seperti cabai merah keriting dan gula konsumsi dapat memberikan sedikit kelonggaran bagi konsumen.
Menurut analis pasar, faktor cuaca, biaya distribusi, dan kebijakan pemerintah menjadi elemen penting yang mempengaruhi pergerakan harga ini.
Pemerintah diharapkan dapat terus memantau dan mengelola pasokan pangan agar harga tetap stabil, terutama untuk komoditas strategis.
Bapanas bersama dengan instansi terkait terus melakukan upaya pengendalian harga melalui berbagai kebijakan, seperti operasi pasar dan penyediaan cadangan pangan strategis.
Selain itu, pengawasan terhadap distribusi pangan juga ditingkatkan untuk mencegah terjadinya lonjakan harga yang tidak wajar.
Dengan fluktuasi harga yang terjadi, masyarakat diimbau untuk tetap bijak dalam mengatur pengeluaran dan memanfaatkan komoditas yang sedang mengalami penurunan harga.
Di sisi lain, pemerintah perlu memastikan ketersediaan stok pangan yang cukup untuk menjaga stabilitas harga, terutama menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang biasanya meningkatkan permintaan pangan.
Harga pangan di Indonesia pada awal 2025 menunjukkan fluktuasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Data dari Bapanas menjadi rujukan penting bagi masyarakat dan pelaku pasar untuk memahami tren yang terjadi.
Dengan upaya kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan stabilitas harga pangan dapat terus terjaga demi kesejahteraan bersama.