Hal ini membuat ketapel kayu semakin populer dan menjadi simbol dari permainan tradisional anak-anak Indonesia.
BACA JUGA:Nostalgia Boneka Kertas : Mainan Sederhana yang Membawa Kebahagiaan di Masa SD
BACA JUGA:Asal Usul Ikan Betok : Ikan Tangguh yang Bisa Bernapas di Daratan dan Kaya Manfaat Gizi !
Ketapel kayu yang paling sederhana biasanya dibuat oleh anak-anak itu sendiri.
Proses pembuatannya pun sangat kreatif, mulai dari memilih ranting kayu yang kokoh hingga menemukan karet elastis yang cukup kuat.
Biasanya, anak-anak akan mencari ranting pohon yang kuat dan fleksibel, sering kali dari pohon jambu atau pohon lainnya yang memiliki cabang berbentuk huruf "Y".
Mereka akan memotong ranting tersebut hingga terbentuk ketapel yang pas di genggaman.
Setelah itu, anak-anak akan mencari potongan karet, baik dari karet gelang maupun ban sepeda bekas, untuk dipasang pada ujung ranting kayu. Karet ini berfungsi sebagai pelontar batu atau benda kecil lainnya.
Meskipun prosesnya terkesan sederhana, anak-anak memerlukan kesabaran dan ketelitian agar ketapel tersebut bisa berfungsi dengan baik dan tidak mudah rusak.
Bagi anak-anak yang suka tantangan, ketapel adalah media yang sempurna untuk mengasah keterampilan membidik.
Mereka akan berlatih menembak daun, kaleng bekas, atau benda-benda lainnya yang dijadikan target.
Di sinilah muncul rasa kompetisi dan kegembiraan, karena anak-anak saling berlomba untuk menunjukkan siapa yang paling jago dalam membidik sasaran dengan tepat.
Selain itu, ketapel juga membantu melatih fokus dan konsentrasi anak dalam memantau target.
Namun, karena ketapel sering digunakan untuk permainan dengan tembakan batu kecil, banyak orang tua dan guru yang menganggapnya sebagai mainan yang kurang aman.
Meskipun begitu, di banyak tempat, anak-anak tetap bermain ketapel dengan hati-hati, bahkan membuat aturan main agar permainan tetap seru tanpa mencederai satu sama lain.
Misalnya, aturan untuk tidak membidik wajah atau tubuh teman saat bermain.