Meskipun saat ini banyak bank dan perusahaan pembiayaan menawarkan KPR/KPA untuk lebih dari lima tahun, masih banyak generasi milenial dan Gen Z yang enggan memanfaatkan pembiayaan tersebut.
Mayoritas dari mereka lebih memilih untuk menyewa rumah sambil menabung untuk membeli satu.
Dengan demikian, menjadi tugas pemerintahan mendatang untuk mencari dana murah yang dapat digunakan untuk meringankan beban masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam membeli rumah.
Tugas lain adalah memperkuat daya beli masyarakat dengan memperhatikan sistem upah, iklim ekonomi, dan iklim bisnis.
Penting juga untuk memperhatikan generasi sandwich, yang sudah tertekan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Mereka tidak boleh merasa terbebani setelah membeli rumah, memikirkan biaya perawatan, cicilan, dan biaya transportasi.
Oleh karena itu, melaksanakan program pembangunan tiga juta rumah per tahun akan memerlukan dukungan tidak hanya finansial tetapi juga politik.
Jika program ini dapat dilaksanakan secara simultan di berbagai daerah, akan lebih mudah untuk mencapai target.
Sektor properti memberikan kontribusi signifikan sebesar 14 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, sembilan persen terhadap anggaran negara (APBN), 35–55 persen terhadap pendapatan daerah (PAD), dan menyerap 14–17 juta pekerja.
Sektor ini juga berperan dalam mengurangi tingkat kemiskinan sebesar 8 persen serta menurunkan stunting, seperti yang diharapkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Terkait dengan hampir 185 industri lainnya di sektor riil, sektor properti memiliki dampak besar terhadap pergerakan ekonomi.
Sebagai bisnis yang padat karya, sektor ini dapat menyerap banyak tenaga kerja — hampir 13 juta hingga 19 juta.
Dengan kontribusi strategis seperti itu, sektor ini mampu menjadi tulang punggung utama pertumbuhan ekonomi nasional. (ant)