Kopi, lada, dan emas menjadi komoditas penting yang dihasilkan dari wilayah ini, dan memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Kerajaan Palembang.
BACA JUGA:Eksotisme Danau Rayo : Permata Tersembunyi di Muratara yang Menunggu Ditemukan Dunia !
BACA JUGA:Pesona Wisata Bukit Botak Musi Rawas : Surga Fotografi di Sumatera Selatan !
Namun, tak selamanya daerah ini menikmati kemakmuran.
Pada tahun 1821, Tanjung Sakti menjadi saksi dari perang besar antara Kerajaan Palembang dan Belanda, yang dikenal sebagai Perang Padri.
Perang ini dipicu oleh keinginan Belanda untuk menguasai perdagangan kopi dan lada di Sumatera.
Pasukan Palembang, yang dipimpin oleh Pangeran Natakusuma, berusaha mempertahankan wilayah ini, namun akhirnya Pangeran Natakusuma gugur dalam pertempuran.
BACA JUGA:Danau Buatan Bujoan Prabumulih ; Surga Tersembunyi di Sumatera Selatan !
BACA JUGA:Pesona Romantis Danau Aur : Hidden Gem di Sumatera Selatan dengan Rumah Makan Terapung !
Pada tahun 1932, Tanjung Sakti menjadi pusat penyebaran agama Katolik di Sumatera Selatan.
Para misionaris Belanda membangun dua gereja bersejarah di wilayah ini, yaitu Gereja St. Michael di Desa Pajar Bulan dan Gereja St. Joseph di Desa Pagar Jati.
Kedua gereja ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi perkembangan agama Katolik di Sumatera Selatan.
Hingga hari ini, gereja-gereja tersebut masih berdiri kokoh dan menjadi monumen sejarah yang penting bagi masyarakat setempat.
Ketika Perang Dunia II berlangsung, Tanjung Sakti tidak lepas dari dampak pendudukan Jepang.
Pada tahun 1942, wilayah ini menjadi korban pembantaian oleh tentara Jepang.
Ribuan penduduk setempat tewas, termasuk para pastor, suster, dan jemaat Katolik yang dianggap sebagai antek Belanda.