Namun, Nyoman tidak menyerah. Dengan semangat pantang menyerah, ia berhasil menyelesaikan patung GWK, yang sekarang menjadi tempat untuk berbagai acara internasional.
Pengalaman ini memberikan pelajaran penting bagi Nyoman tentang bagaimana menghadapi kritik dan tantangan.
Mengulang pengalaman sebelumnya, Nyoman kembali menghadapi kritik saat mendesain Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Namun, kali ini, kritik yang diterima berbeda.
Beberapa orang menganggap desain Istana Garuda memiliki kesan mistis, sementara yang lain menilai bahwa desainnya terlalu berbeda dengan bangunan istana pada umumnya.
"Saya tidak masalah dengan kritik, tetapi saya menegaskan bahwa Istana Garuda ini tidak memiliki kesamaan dengan gedung-gedung lainnya. Saya bilang sama Pak Jokowi, kalau modelnya sama dengan desain yang lain, saya tidak mau. Istana kita harus berbeda, tanpa mengabaikan fungsinya," ujar Nyoman tegas.
Nyoman menegaskan bahwa konsep dari desain Istana Garuda murni dari pemikirannya sendiri.
Ia tidak mengadopsi konsep amati tiru dan modifikasi (ATM) yang sering kali dilakukan oleh desainer lain.
"Konsep Istana Garuda ini sepenuhnya hasil dari pemikiran saya sendiri. Tidak ada unsur meniru atau memodifikasi desain lain. Ini adalah karya yang benar-benar unik dan orisinal," tambahnya.
Salah satu kritik yang paling sering dilontarkan terhadap Istana Garuda adalah terkait dengan kesan mistis yang ditimbulkan oleh desainnya.
Beberapa orang berpendapat bahwa desain tersebut memiliki aura mistis yang kuat.
Namun, Nyoman tidak sependapat dengan pandangan tersebut.
Ia menjelaskan bahwa desain Istana Garuda dirancang untuk menunjukkan kewibawaan, bukan untuk mengarah pada aura mistis.
"Jadi kalau ada yang menganggap desain ini memiliki aura mistis, itu terserah persepsi masing-masing. Tetapi, saya pastikan bahwa tujuan utama dari desain ini adalah untuk menunjukkan kewibawaan Istana Garuda sebagai simbol negara," jelas Nyoman.