Mengenal Koteka : Tradisi Pakaian Khas yang Mengikat Identitas Suku Papua !

Reporter: Dahlia |

Editor: Zen Bae |

Senin , 19 Feb 2024 - 13:33

PAPUA - Koteka, sebuah kata yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tetapi bagi penduduk asli Papua, koteka adalah bagian penting dari identitas budaya mereka.

Dalam bahasa Papua, koteka memiliki arti sebagai pakaian.

Dikenal juga dengan nama horim atau bobbe, koteka adalah pakaian tradisional yang digunakan oleh penduduk pria Papua untuk menutupi bagian vital mereka.

Sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan terbuka, hampir telanjang.

Koteka terbuat dari bahan kulit labu air yang telah dihilangkan biji dan buahnya.

Untuk membuat koteka, dipilih labu air yang sudah tua, karena labu yang sudah tua memiliki tekstur yang lebih keras dan awet saat dikeringkan.

Labu tua tersebut kemudian di tanam dan dibakar agar lebih mudah untuk mengeluarkan biji dan buahnya.

Setelah biji dan buahnya berhasil dikeluarkan, labu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di atas perapian.

Bentuk koteka panjang seperti selongsong dengan ujung yang meruncing seperti kerucut atau batang buah wortel.

mengenal koteka : tradisi pakaian khas yang mengikat identitas suku papua !                            papua - koteka, sebuah kata yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tetapi bagi penduduk asli papua, koteka adalah bagian penting dari identitas budaya mereka.
dalam bahasa papua, koteka memiliki arti sebagai pakaian.
dikenal juga dengan nama horim atau bobbe, koteka adalah pakaian tradisional yang digunakan oleh penduduk pria papua untuk menutupi bagian vital mereka.
baca juga:tradisi bulan ruwah: memperdalam makna kehidupan dan solidaritas umat muslim
baca juga:6 doa mustajab mengarungi bulan rajab, kunci kesuksesan dan kebahagiaan
sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan terbuka, hampir telanjang.
koteka terbuat dari bahan kulit labu air yang telah dihilangkan biji dan buahnya.
untuk membuat koteka, dipilih labu air yang sudah tua, karena labu yang sudah tua memiliki tekstur yang lebih keras dan awet saat dikeringkan.
baca juga:4 kawasan masyararakt tionghoa di palembang, nomor 4 paling ikonik
baca juga:bisnis apa yang paling menguntungkan di tahun naga kayu 2024 ? ini kata pakar fengshui !
labu tua tersebut kemudian di tanam dan dibakar agar lebih mudah untuk mengeluarkan biji dan buahnya.
setelah biji dan buahnya berhasil dikeluarkan, labu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di atas perapian.
bentuk koteka panjang seperti selongsong dengan ujung yang meruncing seperti kerucut atau batang buah wortel.
baca juga:berkah atau peringatan? makna turunnya hujan pada malam cap go meh
baca juga:menggali kekayaan budaya: tradisi imlek yang memikat hati di indonesia
di bagian ujung koteka biasanya diberi hiasan bulu ayam hutan atau bulu burung untuk memberikan sentuhan estetika.
koteka dipakai di bagian vital pria dengan bantuan tali di kiri dan kanannya agar tidak mudah lepas.
bagi laki-laki yang masih lajang, koteka dipakai dengan posisi tegak lurus ke atas.
baca juga:tradisi angpao, arti dan makna mendalam saat perayaan imlek
baca juga:daftar makanan yang tidak boleh disantap bersama durian, mitos atau fakta?
sementara bagi yang sudah menikah atau memiliki status sosial yang tinggi, koteka dipakai dengan posisi ke atas dan miring ke kanan.
ukuran koteka tidak selalu menjadi indikator status, sebagaimana yang banyak dipercayai. ukuran koteka dipilih berdasarkan aktivitas yang sedang dilakukan.
koteka pendek digunakan saat bekerja dan aktivitas sehari-hari, sedangkan koteka panjang digunakan untuk acara-adat.
koteka yang digunakan oleh satu suku dapat berbeda dengan koteka yang digunakan oleh suku lainnya.
sebagai contoh, suku yali lebih menyukai bentuk labu yang panjang, sementara suku triom biasanya menggunakan koteka yang terbuat dari dua labu.
pada tahun 1950-an, penduduk pribumi papua mulai mendapatkan sosialisasi tentang penggunaan celana pendek sebagai pengganti koteka agar menutupi bagian vital secara lebih menyeluruh.
namun, perubahan ini tidak berjalan mulus. sebagian penduduk memilih untuk tetap mempertahankan koteka, sementara yang lain mulai mengenakan celana pendek.
secara perlahan, penggunaan koteka mulai dibatasi, terutama di tempat-tempat umum seperti sekolah, terminal, dan kantor.
bahkan, baru-baru ini, penggunaan koteka dilarang di ruang sidang pengadilan. saat ini, koteka lebih sering diperjualbelikan sebagai cinderamata bagi wisatawan.
meskipun demikian, penggunaan koteka masih dapat ditemui di wilayah pegunungan papua, seperti di wamena.
bagi wisatawan yang ingin berfoto dengan penduduk yang menggunakan koteka, biasanya perlu membayar sejumlah uang sebagai bentuk kesepakatan.
pembatasan penggunaan koteka secara resmi dimulai pada tahun 1964 dengan dimulainya kampanye antikoteka.
pada tahun 1971, dilakukan distribusi pakaian dan celana untuk penduduk papua.
namun, distribusi ini tidak diiringi dengan pemberian sabun cuci baju, sehingga pakaian yang sudah dipakai menjadi kotor dan tidak pernah dicuci.
hal ini menyebabkan banyak penduduk papua menderita penyakit kulit sebagai dampak dari perubahan tersebut.
koteka, sebagai bagian dari tradisi berpakaian papua, memiliki makna yang dalam bagi penduduk asli papua.
meskipun penggunaannya mulai berkurang akibat perubahan sosial dan budaya, koteka tetap menjadi simbol penting dari identitas budaya papua.
dengan perubahan zaman, penting untuk tetap menghargai dan memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam penggunaan koteka, serta melindungi warisan budaya ini agar tetap lestari bagi generasi mendatang.***

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran Palembang Pos 3 Juli 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan