Roti Koing Palembang Takjil Favorit yang Bikin Nostalgia, Generasi Now Mana Tau!
Roti Koing Palembang-Foto: Screenshot akun youtube @Wawan8838-
Selain direndam dalam minuman, Roti Koing juga sering dikreasikan menjadi hidangan unik dan nikmat lainnya.
Misalnya, bubur koing yang terbuat dari campuran kental manis, roti koing yang ditambah dengan kurma pacar cina, dan berbagai pelengkap lainnya.
BACA JUGA:Sempat Terlupakan, Kini Permen Agar-Agar kembali Populer dan Banyak Digemari
BACA JUGA:Kue Tape Tanpa Mixer, Tanpa Oven, Cocok untuk Cemilan Berbuka Puasa
Hidangan ini mirip dengan es campur, dengan tambahan tekstur dan cita rasa yang menggugah selera.
Proses merendam Roti Koing juga memiliki teknik tersendiri. Untuk mendapatkan tekstur roti yang ideal, roti biasanya direndam selama 5-10 menit.
Hal ini membuat roti mengembang dan melunak secara sempurna, sehingga saat dimakan, sensasi lembut dan gurihnya sangat terasa.
Yang paling favorit, roti koing di rendam dengan kuah santan gula merah, lalu ditambah sedikit es batu. Benar-benar merasakan suasana zaman dulu.
Yang menarik, meskipun sudah direndam, Roti Koing tetap mempertahankan bentuknya yang bulat dan tidak hancur saat diambil menggunakan sendok.
Meskipun Roti Koing telah menjadi bagian dari tradisi Ramadhan di Palembang selama puluhan tahun, namun sayangnya, minat terhadap roti ini semakin menurun, terutama di kalangan generasi muda.
Hal ini menjadi perhatian serius, karena Roti Koing merupakan bagian dari identitas kuliner dan sejarah kota Palembang yang patut dilestarikan.
Pada masa-masa sekarang, Roti Koing masih mudah ditemui di toko-toko atau tempat-tempat penjual takjil selama bulan Ramadhan.
Harganya pun relatif terjangkau, sehingga tetap menjadi pilihan favorit bagi sebagian besar masyarakat, terutama mereka yang menjunjung tinggi tradisi dan cita rasa autentik.
Bagi sebagian orang, Roti Koing bukan hanya sekadar makanan, tapi juga simbol kebersamaan dan kelezatan yang melekat erat dalam kenangan Ramadhan di Palembang.
Oleh karena itu, penting untuk terus mengapresiasi dan melestarikan tradisi ini agar Roti Koing tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan bulan suci ini, dan tidak tergerus oleh zaman serta perubahan selera makan. ***