Polisi Patut Cermat Bedakan Bullying dan Ragging
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel-Foto: Istimewa-
Apalagi jika si anggota baru bertahan dalam geng tersebut, maka ia pun sesungguhnya bukan korban.
"Mindset-nya adalah ia secara sengaja melalui "masa belajar" untuk kelak menjadi pelaku kekerasan pula," ujarnya.
BACA JUGA:Tak Kuat Ditinggal Istri, Warga Lingga Tempuh Jalan Pintas
BACA JUGA:Tidak Kuat Nanjak, Mobil Pikap Masuk Jurang, 1 Pedagang Tewas
Bahkan betapa pun si anggota baru babak belur, tetap saja anak atau seseorang tadi awalnya bukan korban bullying.
Kecuali andai saat dipukuli si anggota baru itu merasa sakit, tak sanggup bertahan, ingin berhenti, apalagi jika ia minta agar tak lagi digebuki, namun anggota-anggota lama terus menghujaninya dengan pukulan, maka pada saat itulah ragging berubah menjadi penganiayaan.
Reza menambahkan, baik bullying maupun ragging, keduanya memang harus disetop.
Namun dengan mengidentifikasi secara akurat apakah kejadian yang polisi tangani sesungguhnya merupakan bullying atau ragging, proses penegakan hukum akan berjalan tepat sasaran.
"Demikian pun masyarakat akan bisa menakar sebesar apa simpati perlu diberikan," kata Reza. ***