Bencana Mengguncang Sumatera : Semua Tertimbun Kecuali Solidaritas
Bencana Mengguncang Sumatera : Semua Tertimbun Kecuali Solidaritas-Foto : Istimewa-
Sementara itu, pakar hukum lingkungan menilai ada potensi pidana lingkungan karena pembalakan liar memperbesar risiko bencana.
Hal ini menegaskan bahwa bencana bukan hanya akibat curah hujan ekstrem, tetapi juga hasil dari kebijakan tata kelola hutan yang lemah.
Di balik bencana ini, ada pelajaran penting yang bisa kita petik.
Pertama, bencana ini menegaskan perlunya pengelolaan hutan yang lebih ketat. Dugaan illegal logging harus diusut tuntas.
Tanpa perbaikan tata kelola lingkungan, banjir bandang bisa berulang.
Kebijakan lingkungan harus diarahkan pada penegakan hukum yang tegas terhadap praktik illegal logging serta moratorium izin baru di kawasan hutan rawan bencana.
Pemerintah perlu segera melakukan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) dengan penanaman kembali pohon endemik, restorasi lahan kritis, dan melibatkan masyarakat adat sebagai penjaga hutan.
Selain itu, audit lingkungan pasca-bencana wajib dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab dan menilai kerugian ekologis, sehingga langkah korektif dapat dirumuskan berbasis data.
Kedua, sistem mitigasi bencana harus diperkuat.
Infrastruktur tanggul, jalur evakuasi, dan sistem peringatan dini perlu diperbarui melalui sistem peringatan dini berbasis komunitas, revisi tata ruang yang melarang pembangunan di zona rawan, serta penyediaan dana khusus untuk pemulihan ekologi dalam APBN/APBD.
Koordinasi lintas kementerian dan daerah harus berjalan terpadu, sementara pendidikan ekologi dan literasi lingkungan ditanamkan sejak dini agar generasi muda memahami hubungan antara kerusakan hutan dan bencana hidrometeorologi.
Ketiga, solidaritas harus dijaga agar tidak berhenti di masa darurat. Bantuan jangka panjang untuk pemulihan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan warga terdampak sangat krusial.
Dengan langkah terstruktur ini, solidaritas masyarakat dapat bertransformasi menjadi gerakan berkelanjutan yang menumbuhkan ketangguhan ekologis dan sosial.
Gelombang solidaritas adalah bukti bahwa bangsa ini masih memiliki daya hidup. Pohon solidaritas tumbuh subur di tanah bencana, memberi keteduhan bagi mereka yang kehilangan rumah dan keluarga.
Kini saatnya solidaritas bertransformasi menjadi gerakan berkelanjutan: memperbaiki tata kelola hutan, memperkuat kesiapsiagaan, dan membangun kembali kampung dengan lebih tangguh.