Kasus Flu dan Demam di Prabumulih Naik 30 Persen, Dinkes Imbau Warga Waspadai Cuaca Panas Ekstrem
Plt Kadinkes Prabumulih, Djoko Listyano-foto:dokumen palpos-
BACA JUGA:Sinergi Pemerintah dan Swasta, Pelabuhan Palembang Baru Siap Masuki Tahap Konsorsium
Kondisi cuaca panas ekstrem menyebabkan tubuh manusia lebih cepat kehilangan cairan. \Jika tidak diimbangi dengan konsumsi air putih yang cukup, masyarakat rentan mengalami dehidrasi, kelelahan, bahkan heatstroke atau serangan panas.
Gejala-gejala awal yang biasanya muncul meliputi pusing, lemas, nyeri kepala, tenggorokan kering, serta peningkatan suhu tubuh.
Pihak Dinkes pun mencatat adanya peningkatan kunjungan ke puskesmas dan rumah sakit, khususnya pada jam-jam siang menjelang sore, saat suhu udara mencapai puncaknya.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di pusat kota, tetapi juga di sejumlah kelurahan dan kecamatan di pinggiran Prabumulih.
Menghadapi situasi ini, Dinas Kesehatan Kota Prabumulih mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan menjaga daya tahan tubuh selama periode cuaca panas ekstrem berlangsung.
Salah satu langkah pencegahan sederhana yang disarankan adalah memperbanyak konsumsi air putih, menghindari paparan sinar matahari langsung dalam waktu lama, serta menjaga pola makan dan istirahat yang cukup.
“Kami sangat berharap masyarakat bisa mengurangi kegiatan di luar rumah yang tidak perlu. Jika memang harus keluar, gunakan pelindung diri seperti topi, masker, atau payung. Selain itu, perbanyak konsumsi makanan bergizi agar imun tubuh tetap kuat,” tambah Djoko.
Selain menjaga asupan cairan tubuh, masyarakat juga diimbau untuk memperhatikan sirkulasi udara di dalam rumah.
Rumah yang terlalu tertutup dapat menyebabkan suhu dalam ruangan meningkat, sehingga tidak nyaman dan bisa memperparah kondisi bagi mereka yang sedang sakit.
Djoko menyoroti kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap dampak cuaca panas ekstrem, yakni pekerja di luar ruangan seperti pedagang kaki lima, buruh bangunan, dan pengemudi ojek online.
Menurutnya, mereka merupakan kelompok yang paling sering terpapar sinar matahari langsung selama berjam-jam, sehingga risiko terkena penyakit akibat panas meningkat.
“Bagi yang bekerja di luar rumah, kami menyadari mereka tetap harus mencari nafkah. Namun, sebisa mungkin hindarilah paparan langsung sinar matahari dalam waktu lama. Gunakan alat pelindung diri (APD) dan pastikan tubuh terhindar dari dehidrasi,” tegasnya.
Djoko juga menambahkan bahwa masyarakat dapat mengatur waktu aktivitas luar ruang agar tidak dilakukan pada jam-jam dengan suhu tertinggi, yakni antara pukul 10.00 hingga 15.00 WIB.
Pada jam tersebut, intensitas sinar matahari berada pada puncaknya dan dapat menyebabkan kelelahan berat apabila tidak disertai perlindungan memadai.