Kerak Telur, Kuliner Legenda Betawi Yang Tetap Digemari Di Era Modern

Pedagang kerak telur tengah memanggang adonan di atas bara arang pada acara Festival Betawi di Setu Babakan, Jakarta.-foto:Istimewa-

BACA JUGA:Sambal Oncom: Cita Rasa Khas Nusantara yang Bikin Ketagihan

Pedagang kerak telur biasanya menggunakan wajan kecil tanpa minyak, lalu adonan dimasak di atas bara arang, bukan kompor gas.

Awalnya, beras ketan putih yang telah direndam disebar di wajan panas hingga setengah matang.

Setelah itu, telurbaik ayam maupun bebek—dimasukkan bersama bumbu halus yang terdiri dari bawang merah goreng, kencur, cabai, jahe, lada, dan garam.

Setelah tercampur rata, bagian bawah wajan dibalik menghadap bara api agar sisi atas adonan matang dan kering. Inilah yang menciptakan kerak renyah di permukaan telur.

Terakhir, kerak telur ditaburi serundeng kelapa dan bawang goreng sebagai pelengkap cita rasa.

Secara umum, terdapat dua jenis kerak telur, yaitu kerak telur ayam dan kerak telur bebek.

Kerak telur bebek memiliki rasa lebih gurih dan tekstur lebih padat karena kadar lemaknya lebih tinggi.

Sedangkan kerak telur ayam terasa lebih ringan dengan aroma yang tidak terlalu tajam.

Kedua jenis tersebut sama-sama digemari, tergantung selera masing-masing.

Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp15.000 hingga Rp30.000 per porsi, tergantung lokasi dan bahan yang digunakan.

Kerak telur bukan hanya makanan, tetapi juga bagian dari identitas masyarakat Betawi.

Makanan ini menggambarkan karakter masyarakat Jakarta asli yang sederhana namun kaya rasa dan penuh kreativitas.

Menurut budayawan Betawi, kerak telur menjadi simbol semangat masyarakat lokal dalam mempertahankan warisan nenek moyang di tengah arus globalisasi.

Tidak heran, hidangan ini kerap menjadi ikon kuliner dalam berbagai promosi wisata DKI Jakarta.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan