Herman Deru : Jaga Kerukunan Umat Beragama, Pertahankan Sumsel Zero Konflik !

Gubernur Herman Deru meresmikan Kelenteng Wie Tien Bio Jakabaring.-Foto : Istimewa-

BACA JUGA:Feby Deru Lantik 16 Ketua TP PKK se-Sumsel Periode 2025-2030

“Ini adalah prestasi yang patut kita jaga bersama. Jangan sampai kita terlena, karena menjaga lebih sulit daripada meraih. Maka mari kita pertahankan Sumsel Zero Konflik ini sebagai warisan berharga untuk generasi mendatang,” imbau Deru.

Ia juga menyebutkan bahwa Sumsel telah menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam menjaga kondusifitas wilayah, terutama menjelang dan sesudah momen-momen penting seperti Pemilu, hari besar keagamaan, serta berbagai event besar nasional yang kerap diselenggarakan di Palembang.

Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Budi Santoso Tanuwibowo, yang hadir langsung dalam peresmian Kelenteng Wie Tien Bio, memberikan apresiasi mendalam kepada Gubernur Herman Deru.

Kehadiran orang nomor satu di Sumsel itu dianggap sebagai bentuk perhatian nyata dan kesetaraan kepada seluruh umat beragama, termasuk umat Khonghucu.

“Kami merasa sangat terhormat atas kehadiran Bapak Gubernur Herman Deru dalam acara peresmian ini. Ini menunjukkan bahwa Sumsel, dan Indonesia secara luas, benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan,” ungkap Budi Santoso.

Menurutnya, nilai-nilai inklusif yang ditunjukkan oleh para pemimpin daerah seperti Herman Deru merupakan inspirasi bagi umat Khonghucu untuk terus berkontribusi aktif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Menariknya, di sela acara peresmian, Gubernur Herman Deru bersama Anggota DPD MPR RI dr. Ratu Tenny Leriva dan Ketua TP PKK Sumsel Hj. Feby Deru, turut menyanyikan lagu nasional “Tanah Air Beta” bersama-sama dengan umat Khonghucu dan tamu undangan lainnya.

Momen ini menggambarkan bahwa nilai kebangsaan dan cinta tanah air tak mengenal sekat agama atau budaya.

“Lagu ini adalah bentuk pengikat kebangsaan kita. Apapun agama atau sukunya, kita adalah Indonesia,” kata Herman Deru usai menyanyikan lagu tersebut.

Suasana haru dan kebersamaan pun menyelimuti seluruh rangkaian acara. Beberapa umat terlihat meneteskan air mata karena terharu dengan momen langka tersebut di mana pemimpin daerah dan tokoh nasional hadir secara langsung dan menyatu dalam semangat toleransi.

Menurut Gubernur, keberadaan rumah ibadah juga berperan penting dalam membangun karakter masyarakat.

Rumah ibadah menjadi tempat mendidik nilai-nilai luhur, mengajarkan cinta kasih, kejujuran, dan empati terhadap sesama.

“Saya percaya, tidak ada agama yang mengajarkan kebencian. Semua agama menanamkan cinta dan kedamaian. Maka mari kita wujudkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari,” tegasnya.

Ia juga mendorong semua umat beragama untuk tidak hanya menjadi penganut yang taat secara ritual, tapi juga menjadi pelaku kebaikan di tengah masyarakat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan