Menempa Gen Z Menuju Indonesia Emas
Ilustrasi-Foto : Istimewa-
Tak hanya kecemasan, Gen Z juga rentan mengalami keterasingan dan kesepian, krisis identitas dan terjebak dalam pergaulan yang merusak hidup mereka, distres yang berkepanjangan, depresi, gangguan kepribadian ambang, melukai diri, hingga percobaan bunuh diri.
Sebagai pengajar yang sehari-hari berhadapan dengan Gen Z saya tak ingin menciutkan nyali Gen Z.
Justru kita harus optimistis memandang keunggulan Gen Z, salah satunya fasih dalam teknologi digital.
Hal ini membuat mereka lebih mudah beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
Disamping itu, mereka bisa belajar mandiri dengan aplikasi digital dan mewujudkan pekerjaan “Gig economy” sebagai konten kreator, freelance, dan e-commerce.
Marc Prensky dalam buku “"The Art of Being Human in a Digital World" menulis bahwa teknologi digital sebagai alat untuk mengembangkan potensi manusia dalam berpikir, berkreasi, dan berinteraksi.
Teknologi akan semakin baik ketika dikombinasi dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti empati, kreativitas, dan moral.
Lebih jauh Marc Prensky menjelaskan manfaat teknologi ketika diintegrasi dengan prinsip kemanusiaan yaitu meningkatkan peluang karir baru yang sebelumnya tidak ada, menciptakan kreativitas dan inovasi yang berdampak luas, menghubungkan individu dengan tujuan yang lebih besar, dan meningkatkan kesadaran global tentang sosial, politik, dan lingkungan.
Dengan keunggulan tersebut, Gen Z diharapkan mampu menciptakan inovasi teknologi yang dibutuhkan dalam dunia industri, merancang proses produksi hingga pemasaran serba digital, dan menciptakan ekosistem digital yang terintegrasi.
Gen Z juga harus menempa diri dan belajar sampai ke tingkat global. Pemerintah Prabowo-Gibran terus berkomitmen menjalin kerja sama dengan negara-negara maju dan kampus ternama, mereformasi tata kelola LPDP, serta menyiapkan SDM unggul yang mampu bersaing secara internasional dan peduli terhadap negara Indonesia baik ketika berkiprah dalam negeri maupun luar negeri.
Selain itu, Gen Z harus berjejaring membangun kolaborasi, memiliki etos kerja yang bisa diandalkan, jauh dari sikap manja dan mental yang ambyar, serta membuka diri untuk selalu terhubung dengan kemajuan.
*) Penulis : Agung Iranda adalah Dosen Universitas Jambi dan Koordinator Rumah Progresif