Asal Usul dan Legenda Danau Shuji : Kisah Panglima Jepang yang Menjadi Ikon Wisata di Sumatera Selatan !
Danau Shuji, terletak di Desa Lembak, Kecamatan Lembak, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, kini menjadi salah satu destinasi wisata favorit yang ramai dikunjungi oleh masyarakat-Foto : Dokumen Palpos-
Bob Permana bersama 20 pemuda lainnya memulai proyek membersihkan danau dari sampah dan memperindah area sekitarnya.
Dengan kerja keras dan tekad yang kuat, mereka mengubah danau yang dulunya terbengkalai menjadi tempat wisata yang menarik.
Kini, lebih dari 60 pemuda desa bekerja di Danau Shuji, membuktikan bahwa tempat ini juga menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar.
BACA JUGA:Asal Usul dan Sejarah Muara Enim : Kabupaten Terkaya di Sumatera Selatan dengan Sejarah Panjang !
BACA JUGA:Bukan hanya Danau Ranau : Sumatera Selatan Miliki 22 Danau dengan Keindahan Alam yang Luar Biasa !
Menurut Bob, awalnya Danau Shuji berukuran sekitar 60 x 400 meter persegi ini hanya dianggap sebagai danau biasa yang letaknya dekat dengan perkebunan warga.
Hanya segelintir orang yang datang ke sana, dan itu pun karena keindahan alamnya yang masih alami.
Namun, dengan pengelolaan yang baik, Danau Shuji mulai dikenal luas, bahkan jarak yang cukup jauh dari kota-kota besar tidak menyurutkan minat pengunjung.
Danau ini berjarak sekitar 18,3 km dari Prabumulih atau sekitar 30 menit perjalanan, dan sekitar 82,1 km dari Palembang atau sekitar 1 jam 52 menit berkendara.
Legenda tentang Danau Shuji terus diceritakan oleh warga Desa Lembak dari generasi ke generasi.
Kisahnya tentang panglima Jepang bernama Shuji yang menemukan tempat ini bersama pasukannya ketika tengah berpatroli di tengah hutan untuk mencari lokasi peristirahatan.
Mereka menemukan danau ini dan kemudian menjadikannya dapur serta tempat istirahat.
Tempat ini pun mendapat nama Danau Shuji sesuai dengan nama sang panglima.
Hingga kini, banyak orang yang tertarik datang ke danau ini bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga untuk menyaksikan langsung tempat yang dianggap memiliki nilai sejarah dari masa pendudukan Jepang.