Asal Usul dan Legenda Ikan Patin : Kisah Cinta Abadi Awangku Usop dan Dayang Kumunah !
Ikan patin yang banyak ditemukan di semua sungai tak lepas dari Legenda Awangku Usop dan Dayang Kumunahdari legenda Awang -Foto : Dokumen Palpos-
Beberapa minggu setelah pernikahan, Awang Gading meninggal dunia, meninggalkan Dayang Kumunah dalam kesedihan mendalam.
Meskipun ia memiliki suami dan lima anak, kesedihan tersebut tidak mudah dilupakan.
Berbulan-bulan berlalu, Dayang Kumunah berusaha bangkit dari kesedihan, tetapi masih ada satu hal yang mengganjal: Awangku Usop belum pernah melihatnya tertawa.
Kebahagiaan keluarga kembali terasa saat anak bungsu mereka belajar berjalan dan berperilaku lucu.
Tanpa sadar, Awangku Usop melanggar janjinya saat meminta Dayang Kumunah untuk tertawa.
Ketika Dayang Kumunah tertawa, insang ikan muncul dari mulutnya, dan tanpa berpikir panjang, ia berlari menuju sungai.
Awangku Usop dan anak-anaknya menyusul ke sungai, hanya untuk menemukan Dayang Kumunah sudah menjelma menjadi ikan yang cantik dan bercahaya tanpa sisik.
Sebelum menyelam ke dalam air, Dayang Kumunah berpesan kepada Awangku Usop, “Kanda, jaga anak-anak kita dengan baik.”
Pesan ini menggambarkan betapa besar cintanya terhadap keluarga.
Meskipun sudah berubah menjadi ikan, Dayang Kumunah tetap mengutamakan keluarganya di atas segalanya.
Setelah kejadian itu, Awangku Usop dan anak-anaknya merasakan kesedihan yang mendalam.
Mereka berjanji untuk tidak pernah memakan ikan patin, karena dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka.
Ini adalah simbol kesetiaan dan cinta yang abadi, bahkan setelah kematian. Bagi masyarakat Melayu Riau, kisah ini bukan sekadar cerita rakyat, tetapi menjadi bagian dari identitas budaya mereka.
Ikan patin kini dikenal sebagai salah satu komoditas perikanan yang penting di Riau.
Masyarakat Riau menggantungkan kehidupan mereka pada ikan patin, baik sebagai sumber pangan maupun sebagai mata pencaharian.