Update ! Kurs Rupiah Kamis 15 Agustus 2024 : Menguat 58 Poin Menjadi Rp15.619 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan peningkatan signifikan pada perdagangan Kamis, 15 Agustus 2024-Foto : Dokumen Palpos-
Secara keseluruhan, penguatan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh ekspektasi surplus neraca perdagangan, tetapi juga oleh beberapa faktor lain yang turut memberikan kontribusi.
Salah satu faktor tersebut adalah kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih solid. Meskipun menghadapi tantangan dari sisi global.
Seperti perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian kebijakan moneter di negara maju, perekonomian Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang cukup baik.
Faktor lain yang mendukung penguatan rupiah adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) yang cenderung mempertahankan stabilitas nilai tukar.
BI secara konsisten melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) untuk menjaga stabilitas rupiah, terutama di tengah gejolak pasar yang disebabkan oleh faktor eksternal.
Selain itu, kebijakan suku bunga yang prudent juga membantu menstabilkan inflasi dan menjaga daya tarik aset berdenominasi rupiah.
Di sisi lain, beberapa risiko yang perlu diwaspadai oleh pelaku pasar adalah kemungkinan pelemahan rupiah jika data ekonomi yang dirilis tidak sesuai dengan ekspektasi.
Jika surplus neraca perdagangan Indonesia ternyata lebih rendah dari perkiraan, hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran pasar dan memicu aksi jual terhadap rupiah.
Selain itu, dinamika politik global, termasuk ketegangan geopolitik, juga dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar.
Melihat ke depan, prospek nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh berbagai faktor baik domestik maupun internasional.
Dari sisi domestik, keberlanjutan surplus neraca perdagangan akan sangat penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
Selain itu, kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengelola perekonomian juga akan menjadi penentu utama dalam menjaga kepercayaan pasar terhadap rupiah.
Sementara itu, dari sisi internasional, perkembangan kebijakan moneter di negara maju, terutama di AS, masih akan menjadi faktor yang dominan.
Jika The Fed terus menunjukkan sikap yang dovish atau tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga, maka peluang penguatan rupiah masih terbuka.
Namun, jika inflasi di AS kembali meningkat dan mendorong The Fed untuk memperketat kebijakan moneternya, hal ini dapat memberikan tekanan bagi rupiah.