Dari mancanegara, inflasi tahunan Amerika Serikat (AS) pada Mei 2024 tercatat 3,3 persen, atau turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,4 persen dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,4 persen.
Inflasi tersebut juga merupakan yang paling rendah dalam tiga bulan terakhir.
Menimbang inflasi yang masih berada di atas target 2 persen, pertemuan FOMC pada Juni 2024 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 5,25 sampai 5,5 persen.
BACA JUGA:Memulai Bisnis di Usia Muda Kunci Sukses dan Solusi Keuangan
BACA JUGA: Gratis Ongkos Kirim Bikin Orang Hemat Berbelanja di Ecommerce
Sikap Hawkish juga masih berlanjut, dimana pemangkasan suku bunga berpotensi hanya satu kali di tahun 2024 dari proyeksi awal sebanyak tiga kali.
Nada ini membuat Wall Street ditutup bervariasi.
Bursa saham AS Wall Street bergerak beragam pada perdagangan Rabu malam (12/06) sampai Kamis dini hari (13/06) waktu Indonesia.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor tertinggi, sementara Dow Jones Index (DJI) terkoreksi. Indeks S&P 500 (SPX) naik 45,71 poin atau 0,85 persen ke posisi 5.421,03.
Bursa saham regional Asia pagi ini juga menunjukkan pergerakan yang beragam.
Indeks Nikkei menguat 26,40 poin atau 0,07 persen ke 38.903,10, indeks Hang Seng menguat 98,87 poin atau 0,55 persen ke 18.036,71.
Indeks Shanghai melemah 1,84 poin atau 0,06 persen ke 3.035,62, dan indeks Straits Times menguat 19,39 poin atau 0,59 persen ke 3.326,83.
Pergerakan ini mencerminkan sentimen positif yang sebagian besar didorong oleh kebijakan moneter global dan kondisi ekonomi domestik masing-masing negara.
Keputusan The Fed untuk menahan suku bunga memberikan sentimen campuran bagi pasar global.
Di satu sisi, keputusan ini menunjukkan upaya untuk menstabilkan inflasi di AS, yang masih berada di atas target 2 persen.
Di sisi lain, kebijakan ini dapat memberikan tekanan pada pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, yang cenderung sensitif terhadap perubahan suku bunga AS.