Terpisah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebut ada sebanyak 1.460 kasus scam atau penipuan digital di wilayah Bumi Anoa, yang merugikan masyarakat sebesar Rp21,8 miliar.
Kepala OJK Sultra Bismi Maulana Nugraha saat ditemui di Kendari, Kamis (04/12/2025), mengatakan jumlah tersebut berdasarkan data yang dimiliki oleh Pusat Penanganan Penipuan Transaksi Keuangan Indonesia (Indonesia Anti-Scam Centre/IASC) sejak Januari hingga awal Desember 2025.
Ia menyampaikan bahwa angka kerugian yang bervariasi tersebut didominasi oleh jenis penipuan transaksi belanja atau jual beli online, penipuan mengaku pihak lain (fake call atau soceng), serta penipuan berkedok investasi dan penawaran kerja.
"Secara total ada Rp21 miliar nilai kerugian yang dialami oleh masyarakat Sultra dengan jumlah bervariasi, mulai dari soceng, penipuan jual beli online, ada APK, banyak sekali beraneka ragam," kata Bismi Maulana.
Bismi Maulana mengungkapkan bahwa dari 17 kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Sultra, kasus terbanyak dialami oleh warga di wilayah perkotaan besar.
"Terbanyak di Kota Kendari dengan 579 kasus, kemudian Kabupaten Konawe 143 kasus, lalu Kabupaten Kolaka 137 kasus, dan Kota Baubau sebanyak 120 kasus," ujarnya.
Untuk menekan jumlah korban kasus scam atau penipuan digital tersebut, OJK Sultar terus menggencarkan imbauan kepada masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan mereka.
"Untuk itu kami selalu mengingatkan agar masyarakat Sultra jangan mudah tergiur investasi ilegal dan selalu ingat 2L, yaitu legal dan logis atau berizin dari otoritas," ucap Bismi Maulana.
Diketahui, IASC sendiri merupakan pusat penanganan penipuan transaksi keuangan yang dibentuk sebagai satuan tugas dan forum koordinasi antara OJK, Satgas PASTI, pelaku industri jasa keuangan, serta melibatkan puluhan kementerian/lembaga termasuk kepolisian dan kejaksaan.
Sementara itu, ekosistem pembuatan konten kecerdasan buatan (AI) Usky AI menyebutkan kombinasi AI dan blockchain membuka kesempatan dan ruang besar bagi generasi muda untuk menciptakan karier dan inovasi yang baru.
"Dengan kemudahan akses teknologi saat ini kami berharap mahasiswa dapat memahami dan mengeksplorasi teknologi ini secara kreatif, kritis, dan bijak, untuk menghadirkan inovasi ke depannya," kata Founder & CTO Usky AI Isybel Harto dalam keterangannya di Tangerang.
Ia mengatakan saat ini telah diketahui bawah AI mengubah cara orang dalam menciptakan inovasi dan karya, serta blockchain memberikan transparansi dan keamanan.
Apalagi minat generasi muda juga terlihat pada hasil survei internet dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2025.
Dari 8.700 responden, 27,34 persen diantaranya merupakan pengguna AI dengan dominasi Generasi Z sebesar 43,7 persen. "Data ini memperlihatkan tingginya ketertarikan anak muda dalam penggunaan teknologi AI," kata dia.
Blockchain & Crypto Content Specialist dari PINTU Ari Budi Santosa menambahkan saat ini kripto sedang menjadi perhatian publik, terutama generasi muda.
Maka itu literasi mengenai kripto dan blockchain perlu ditingkatkan mengingat perkembangannya yang sangat pesat.