Setelah itu, dimasak bersama santan, cabai, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, dan rempah-rempah lainnya.
Proses memasak rendang membutuhkan kesabaran, karena harus diaduk perlahan hingga santan menyusut dan bumbu mengental.
Inilah yang membuat rendang, termasuk rendang jengkol, memiliki rasa yang kaya dan tahan lama meskipun disimpan berhari-hari.
Di banyak daerah, rendang jengkol kerap hadir dalam acara keluarga, hajatan, hingga perayaan hari besar.
Bahkan, di beberapa rumah makan Padang, menu ini sering menjadi alternatif bagi pelanggan yang ingin mencoba sesuatu yang berbeda dari rendang daging.
Menurut pengamat kuliner, tren kuliner unik seperti rendang jengkol akan terus bertahan karena masyarakat Indonesia senang bereksperimen dengan rasa.
Selain itu, harganya yang lebih murah dibandingkan daging menjadikan rendang jengkol pilihan menarik di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.
Tidak hanya soal rasa, rendang jengkol juga memiliki potensi ekonomi.
Banyak pelaku usaha kuliner memanfaatkan hidangan ini sebagai menu andalan untuk menarik pelanggan.
Bahkan, beberapa UMKM mulai memproduksi rendang jengkol dalam bentuk kemasan siap saji yang bisa bertahan berbulan-bulan, sehingga dapat dipasarkan hingga ke luar daerah.
“Permintaan rendang jengkol cukup tinggi, terutama dari perantau Minang yang kangen masakan kampung. Kami juga sudah kirim ke luar negeri melalui jalur ekspor kecil-kecilan,” ungkap Rudi, pelaku usaha kuliner asal Padang.
Rendang jengkol menjadi bukti bahwa kuliner Indonesia selalu berkembang tanpa meninggalkan akar tradisi.
Inovasi ini menunjukkan betapa kayanya budaya kuliner Nusantara, di mana bahan lokal seperti jengkol bisa naik kelas melalui pengolahan yang tepat.
Pemerintah daerah maupun pelaku usaha kuliner diharapkan dapat terus mendorong promosi rendang jengkol, baik melalui festival kuliner maupun media digital, sehingga hidangan ini semakin dikenal luas.
Dengan demikian, kuliner khas Nusantara tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.
Rendang jengkol bukan hanya sekadar makanan, melainkan cerminan kreativitas masyarakat Indonesia dalam mengolah bahan pangan lokal.