Dari video game seperti Gran Turismo dan Need for Speed, hingga film populer Fast & Furious, GT-R selalu hadir sebagai ikon kecepatan yang digemari lintas generasi.
Banyak penggemar muda yang mengenal GT-R bukan pertama kali di jalan raya, melainkan melalui dunia virtual.
Hal ini membuktikan betapa dalamnya pengaruh GT-R dalam budaya otomotif global.
Akhir Produksi Bukan Akhir dari Godzilla
Menurut pernyataan resmi Ivan Espinosa, presiden & CEO Nissan, berakhirnya produksi GT-R R35 bukanlah akhir dari perjalanan GT-R.
Ia menegaskan:
“Setelah 18 tahun luar biasa, GT-R meninggalkan jejak abadi dalam sejarah otomotif.
Ini bukan selamanya perpisahan, karena GT-R akan berevolusi dan kembali di masa depan.”
Pernyataan tersebut menjadi tanda bahwa Nissan tengah mempersiapkan penerus GT-R.
Hingga kini, belum ada kepastian apakah generasi berikutnya akan tetap menggunakan mesin bensin murni, beralih ke hybrid, atau bahkan sepenuhnya listrik.
Namun melihat tren elektrifikasi global, kemungkinan besar GT-R masa depan akan mengusung teknologi elektrifikasi tanpa mengorbankan performa khasnya.
Tantangan Generasi Penerus
Menghadirkan penerus GT-R bukan perkara mudah. Nissan harus menjaga warisan DNA performa tinggi yang sudah melekat pada GT-R sejak generasi pertama, sekaligus menyesuaikan dengan tuntutan era baru, seperti emisi rendah, elektrifikasi, dan efisiensi energi.
Beberapa prediksi menyebutkan:
Penerus GT-R bisa menggunakan mesin hybrid V6 twin-turbo dengan tambahan motor listrik.
Ada juga spekulasi Nissan tengah mengembangkan GT-R EV berbasis teknologi solid-state battery.