Kenaikan harga daging ayam dan telur ayam sering kali memengaruhi konsumsi rumah tangga di Indonesia, karena kedua komoditas ini merupakan sumber protein hewani yang paling umum dikonsumsi masyarakat.
Meski kenaikannya relatif kecil, fluktuasi harga yang terus-menerus dapat mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama di kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Selain daging ayam dan telur, beberapa komoditas lain juga mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
Misalnya, harga kedelai biji kering (impor) naik sebesar 1,30 persen atau Rp140, menjadi Rp10.910 per kg.
Begitu juga dengan harga gula konsumsi yang naik 3,52 persen atau Rp630, menjadi Rp18.520 per kg.
Kenaikan harga gula ini mungkin dipengaruhi oleh faktor global, seperti fluktuasi harga gula internasional dan biaya distribusi.
Harga minyak goreng juga menunjukkan tren kenaikan.
Minyak goreng kemasan sederhana mengalami kenaikan sebesar 4,46 persen atau Rp810, menjadi Rp18.980 per kg.
Sementara itu, minyak goreng curah naik 1,82 persen atau Rp300, menjadi Rp16.750 per kg.
Kenaikan harga minyak goreng ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk fluktuasi harga minyak kelapa sawit internasional serta biaya produksi dan distribusi dalam negeri.
Di sisi lain, harga tepung terigu mengalami penurunan. Tepung terigu curah turun sebesar 2,27 persen atau Rp230, menjadi Rp9.920 per kg.
Tepung terigu non-curah juga mengalami penurunan tipis sebesar 1,07 persen atau Rp140, menjadi Rp12.960 per kg.
Penurunan harga tepung terigu ini bisa menjadi kabar baik bagi industri makanan kecil dan rumah tangga yang banyak menggunakan tepung sebagai bahan baku.
Sementara itu, sektor perikanan juga mengalami pergerakan harga yang signifikan.
Harga ikan kembung naik sebesar 5,31 persen atau Rp1.970, menjadi Rp39.100 per kg.
Kenaikan serupa juga terjadi pada ikan tongkol yang naik hingga 11,11 persen atau Rp3.500, menjadi Rp34.990 per kg, serta ikan bandeng yang naik 10,21 persen atau Rp3.400, menjadi Rp36.710 per kg.