Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (17) : Kisah Penutupan Kapitel Damaskus-Konstantinopel !

Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan -Foto: Istimewa-

KEPUTUSAN penting untuk memindahkan ibu kota dari Madinah Munawwarah ke Damaskus telah menjadi titik awal bagi perubahan besar dalam geopolitik dan kekuatan di wilayah tersebut.

Perpindahan ini secara otomatis meningkatkan jarak antara Damaskus dan Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Byzantium, yang pada gilirannya meningkatkan ketegangan antara kedua kekuatan tersebut.

Muawiyah, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Syam, adalah sosok yang sangat paham akan seluk-beluk provokasi Byzantium.

Dia menyadari bahwa Byzantium selalu menginginkan kembali wilayah-wilayah yang mereka anggap sebagai bagian dari kekaisaran mereka, termasuk Syam dan Mesir. 

BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (16)

BACA JUGA:Tips Aman Mudik Lebaran 2024 : Berikut 10 Imbauan 10 dari Pemerintah yang Wajib Dipatuhi !

Oleh karena itu, gesekan antara Damaskus dan Konstantinopel menjadi semakin tak terhindarkan.

Dalam menghadapi situasi ini, Muawiyah menganggap pertempuran laut sebagai medan perang yang paling vital.

Dia memulai dengan mendirikan pabrik kapal di Mesir dan memperkuat wilayah pesisir, serta membangun armada laut yang besar dan kuat. 

Langkah berikutnya adalah menaklukkan beberapa pulau strategis di Laut Mediterania, seperti Siprus, Kreta, Rhodes, dan Arwad.

BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (15)

BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (14)

Namun, puncak dari strategi perluasannya adalah ketika ia mengepung Konstantinopel tidak hanya sekali, tetapi dua kali: pertama pada tahun 48-49 H/668-669 M, dan kedua pada tahun 54-59 H/674-678 M.

Meskipun pengepungan kedua berlangsung selama lima tahun, Byzantium masih berhasil bertahan, meskipun dikepung dari laut dan darat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan