Gelar Diskusi Kebangsaan Perang 5 Hari 5 Malam
Hari keempat rangkaian peringatan pertempuran 5 hari 5 malam di Kota Palembang yang di pusatkan di Gedung Kesenian Palembang , Kamis (4/1) di warnai dengan Diskusi Kebangsaan Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang, “ Gema Perang Rakyat di Sumatera Selat--
PALEMBANG - Rangkaian peringatan pertempuran 5 Hari 5 Malam di Kota Palembang yang di pusatkan di Gedung Kesenian Palembang , Kamis, 4 Januari 2024, diisi dengan diskusi bebangsaan Perang 5 Hari 5 Malam di Palembang.
Tema diskusi yakni gema perang rakyat di Sumatera Selatan 1945-1949 dengan : dokumentaria dari pejuang kemerdekaan 5 hari 5 malam yakni Kolonel M Danny Effendi.
Adapun narasumber Sejarawan UIN Raden Fatah Palembang Dr (Cand) Kemas Ari Panji Msi, Sejarawan dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Dedi Irwanto MA dan moderator Vebri Al Lintani.
Hadir juga ketua asosiasi guru sejarah Indonesia (AGSI) Sumsel, Merry Hamraeny, S.Pd, MM dan kalangan mahasiswa dari sejumlah kampus di Palembang dan masyarakat umum.
BACA JUGA:BPS Sebut Sumsel Inflasi 0,15 Persen
BACA JUGA:Ribuan APK Pemilu Ditertibkan karena Dipasang di Tempat Terlarang
Sejarawan UIN Raden Fatah Palembang Dr (Cand) Kemas Ari Panji Msi mengatakan, Kolonel M Danny Effendi adalah seorang pejuang yang pada saat itu sebagai komandan fdari Resimen XVII di Divisi II yang berada di Prabumulih.
“ Setelah tanggal 25 Desember tahun 1946, Danny Effendi mendapatkan informasi (kawat) dari Palembang bahwa kondisi di Palembang itu dalam keadaan waspada, jadi beliau berkesimpulan untuk mengambil bala bantuan untuk memperkuat keamanan di Palembang,” katanya.
Saat terjadinya Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang, Danny Effendi langsung memimpin langsung pasukannya.
“ Beliau dan pasukannya bertempur melawan Belanda di dekat Pasar Cinde itu, Lr Lingkis sampai ke Charitas , beliau ini tokoh yang tidak ingin kembalinya penjajahan dan beliau pimpinan militer agak keras dan pihak yang tidak setuju adanya gencatan senjata dengan Belanda di Palembang karena menurutnya Palembang memiliki peluang menang, karena di kondisi hari ke 5 Belanda dalam keadaan terkepung, namun karena sudah menjadi keputusan pusat maka dia tidak bisa menolak, dengan terpaksa Danny Effendi mengikuti keputusan pusat," katanya.
BACA JUGA:Imigrasi Palembang Buka Lagi Layanan Paspor Akhir Pekan
BACA JUGA:Baznas Target Bangun Pasar dan Sekolah Syariah
Sedangkan Sejarahwan dari Unsri, Dr Dedi Irwanto MA menjelaskan dua puluh tujuh tahun setelah pengakuan kedaulatan, Kolonel M Danny Effendi menuliskan dokumentaria gema perang Rakyat di Sumatera Selatan 1945 – 1949.
Buku itu lanjut dia merupakan dokumentasi pertama mengenai peristiwa panjang masa revolusi fisik di Palembang dan Sumatera Selatan. "Tulisan ini dikisahkan langsung oleh pelaku peristiwa Perang Rakyat di Sumatera Selatan yang dipersembahkan untuk generasi mendatang," ungkapnya.