Masa Futur? Ini Cara Menjaga Iman dan Menghindari Dosa
Masa Futur? Ini Cara Menjaga Iman dan Menghindari Dosa. Fhoto : Tangkapan Layar Facebook Tholabul'ilmi Salafy--
KORANPALPOS.COM- Setiap Muslim pasti mengalami naik turunnya iman dalam perjalanan hidupnya. Fase di mana seseorang merasa semangat untuk beribadah, dan fase di mana semangat itu menurun atau yang disebut sebagai futur, adalah bagian dari kehidupan yang tak terhindarkan.
Futur merupakan masa di mana seseorang merasa kurang semangat dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Namun, perlu diingat bahwa masa-masa seperti ini bisa menjadi peluang untuk membuka pintu amalan lain yang mungkin selama ini tertutup.
Pentingnya Memahami Futur dalam Kehidupan Seorang Muslim
Kehidupan seorang Muslim ibarat roda yang berputar, terkadang di atas dan terkadang di bawah. Kondisi futur ini bukanlah akhir dari segalanya.
Seandainya seorang Muslim selalu berada di atas ketaatan tanpa ada masa futur, mungkin ia tidak akan pernah merasakan betapa pentingnya pintu-pintu amalan yang lain, seperti pintu taubat, mujahadah (bersungguh-sungguh dalam beribadah), istighfar, melawan godaan syaitan, dan muhasabah (introspeksi diri).
BACA JUGA:Ketika Harapan Tak Terpenuhi: Menemukan Kebahagiaan dengan Iman kepada Qadha dan Qadar
BACA JUGA:Keutamaan Dzikir Ketika Terbangun di Tengah Malam: Menggapai Ampunan dan Doa yang Dikabulkan
Justru dengan adanya futur, seorang Muslim diajak untuk terus berusaha memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
Hadits sebagai Pedoman
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin 'Amr, Rasulullah shallallu 'alaihi wa sallam bersabda:
لِكُلِّ عملٍ شِرَّةٌ، ولِكُلِّ شرَّةٍ فَترةٌ، فمن كانَت فَترتُهُ إلى سنَّتي، فَقد أفلحَ، ومَن كانت إلى غيرِ ذلِكَ فقد هلَكَ» (مسند أحمد، وصححه الألباني)
"Ingatlah, setiap amalan itu ada masa semangatnya. Siapa yang semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia sungguh beruntung. Namun siapa yang sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa.” (HR. Ahmad 2: 188. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhori-Muslim, demikian kata Syaikh Syu'aib Al Arnauth)
Hadits ini mengajarkan bahwa dalam setiap ibadah, pasti ada masa semangat dan ada masa menurun. Yang terpenting adalah bagaimana seseorang membawa masa futur tersebut.